Mempersiapkan Mental Untuk Membuat Film
January 12, 2020
Add Comment
Ini adalah tulisan bagian ketiga, dari tulisan sebelumnya yang berjudul "Belajar membuat film itu butuh sikap terbuka". Tulisan ini adalah bagian terakhir dari serial tulisan mengawali belajar membuat film.
Sebelumnya, kita menggunakan tiga landasan sehingga bisa membuka diri untuk bisa belajar. Tiga landasan ini, jiwa, raga dan sukma lebih mementingkan prihal kesiapan, sedangkan mental yang banyak dikaitkan dengan jiwa lebih banyak mementingkan prihal pandangan. Jiwa dan mental bisa dianalogikan dengan emosi dan logika walaupun secara garis besar istilah jiwa mencakup keduanya (emosi dan logika). Hal ini bisa juga ditemui dengan penggunaan istilah siswa yang dibedakan dengan siswi namun juga bisa mencakup 2 kelamin pelajar.
Mental lebih banyak mementingkan prihal logika, yang mana terjadilah pengujian terhadap pemikiran dan bermuaranya filsafat. Mental seseorang juga biasa dianalogikan dengan ketahanan, maka ada istilah uji mental yang mana dihubungkan dengan batasan waktu oleh kemampuan. Ketika mentalnya mengalami penurunan maka akan berpengaruh pada kepada bagaimana dia memandang segalanya.
Dalam menjalani kehidupan nyata, kita harus mampu menempatkan logika dengan baik sehingga secara keseluruhan bisa memperluas pandangan kita. Film adalah visual, dan mentalitas seorang pembuat film (Filmaker) harus bisa menempatkan visual sebagai filsafatnya. Film bukan sebuah seni semata, bahwa dalam memproduksi film tidak hanya mengandalkan pikiran dan tenaga tetapi juga membutuhkan biaya. Film merupakan seni terapan, yang juga harus mementingkan aspek - aspek desain (mengkaitkan dengan fungsi dan kebutuhan manusia) dan salah satunya adalah hiburan.
Ilmu produksi film menghasilkan profesi seorang "produser film" yang akan banyak terpecah dalam berbagai bagian dan jabatan produser lainnya. Seseorang yang sedang belajar menjadi Produser film harus paham film secara keselurahan, dan tidak terpaut pada satu pandangan saja. Semakin dia membuka dirinya, maka pandangan dia tentag perfilman akan semakin berkembang. Contohnya, seorang produser film harus bisa melanjutkan bisnisnya di era yang canggih ini dengan mulai mengalihkan distribusi ke digital, pandangan dia jelas berkembang daripada hanya melakukan rutinitas produksi yang kaku (Bioskop atau TV)
Selain pemahaman dan keinginan untuk memperluas pandangan, dia juga harus mampu mengemban tugas dan tanggung jawab yang besar yakni bisa memikirkan proses pembuatan film dari a sampai z, namun tetap dengan menyertakan sifat keterbukaannya. Hal itu dapat dilakukan dengan menerima peran orang lain untuk terlibat dalam pembuatan film. Kolaborasi adalah sebuah mental kreatif yang sangat produktif, dan ini sangat menentukan ketahanan (survivalibility) dan keberlangsungan (sustainability) profesinya. Banyak produser mengklaim profesinya namun tidak bisa mendelegasikan peran orang lain dan tidak bisa bekerja sama dalam rangka kolaborasi.
Kemudian terakhir, mentalitas seorang produser harus mampu melihat semua dalam bentuk nilai riil (materil) karena sebagai hakikatnya dia adalah seorang pengusaha yang akan berususan banyak dengna keuangan. Hanya saja, sekarang dengan berbagai perkembangan yang sangat pesat, asset atau modal itu tidak hanya uang namun juga relasi (networked), mudah berkawan (supel, networking), dan kemampuan untuk menunjukan (network making).
Demikian yang saya bisa sampaikan dalam tulisan semoga bisa bermanfaat, silahkan berkomentar dibawah seputar masalah pada logika atau mental yang berhubungan dengan produksi film sehingga kita bisa berdiskusi dengan panjang.
0 Response to "Mempersiapkan Mental Untuk Membuat Film"
Post a Comment