Belajar Bahasa Visual
February 19, 2020
Add Comment
Menggunakan atau membuat bahasa visual dimulai dengan memahami-nya terlebih dahulu. Kemudian cara memahami bahasa visual tentu bisa dilakukan dengan banyak cara, dalam artikel ini kita akan menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan ini adalah bagaimana "pengalaman" dan kesadaran menjadi keutamaan dalam memahami bahasa visual. Bahasa visual tentu akan berkembang penggunannya seiring dengan waktu, seperti seperti pembuatan gambar, lukisan, simbol yang kemudian akan digunakan dalam ranah pendidikan, periklanan, perfilman dll. Bagaimana kita memahami bahasa visual adalah bagaimana memahami pengalaman dalam hal visualisasi secara naluri maupun nalar, serta bagaimana visual muncul secara materil maupun imateril (tidak berwujud).
Bahasa seperti halnya kata dan kalimat, juga ditemukan dalam visualisasi dan juga berlaku sama dalam bagaimana kita akan memahaminya secara visual. Ada satuan dalam bahasa seperti, huruf, kata, kalimat, paragraf, wacana dst. Sedangkan satuan dalam visual ada titik, garis, bentuk, jarak serta elemen pelengkapnya; tekstur dan warna. Satuan visual lebih banyak dikenal dengan nama element of art (tanpa unsur "titik") dan dilengkapi dengan "nilai" dan serta adanya "form" dalam arti bentuk ruang. Sehingga element of art adalah garis, jarak, bentuk, ruang, warna, tekstur dan nilai
Visual memang lebih dikenal sebagai literasi seni yang berakar pada penampakan (visual) dan cara membuatnya dengan perancangan dan kaedah design. Bahasa visual pun juga memiliki cara berbahasa yang bermacam - macam sesuai dengan budaya yang berlaku.
Seperti halnya kosa kata (vocabulary), bahasa visual pun memiliki kosa visual yang sangat beragam maknanya. Kita membaca dan memaknai tanda visual seperti halnya kita membaca dan mahami teks (aksara) yang juga disebut dengan Teks Visual. Apa yang dimaksud dengan visual text tidak lain adalah "gambar" (image) yang mana terdiri atas beberapa satuan dan terlihat sebagai tanda atau simbol dan secara keseluruhan mengandung sebuah maksud.
Menggunakan bahasa tentu tidak lain untuk menyampaikan pesan (berkomunikasi) dan dalam berbahasa, visualisasi tidak bisa terhindari karena ada gesture, mimik, gerakan dsb. Maka ada sebuah pernyataan bahwa berbicara sebagai media komunikasi tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari kegiatan komunikatif yang visual, keduanya saling melengkapi (Cherry, 1968). Ketika manusia melihat gambar, otak kita akan meresponnya dengan mencoba memaknai dengan apa yang kita tahu (yang pernah dialami). Sekarang sudah bisa dibuktikan bahwa dengan hanya melihat seseorang bisa mengalami kasih sayang (Bartels & Zeki, 20014) dan juga kebencian (Zeki & Romaya, 2008).
Gambaran tentang sesuatu yang tidak pernah dilihat pun bisa direkayasa sehingga muncul (menampak). Pemikiran kompleks dan tidak mengikuti wujud sesuai dengan hukum alam disebut dengan pemikiran yang abstrak, karena tidak mengikuti bentuk atau ruang yang pernah kita lihat. Berbeda dengan fantasi, yang mana sifat - sifat visualnya masih pernah dilihat seperti naga dari ular, centaur dari manusia dan banteng, Putri Duyung (mermaid) dari manusia dan ikan dsb. Seiring dengan munculnya wacana dalam bentuk pemikiran dan abstraksi, munculah visualisasi yang lebih kompleks.
Lanjut Baca:
ReferensiCherry, Colin. 1968. On Human Communication, MIT, 1968
Zeki, S. and Romaya, J (2008). Neural correlates of hate. PLOS ONE 3 (10) Article e3556
Bartels, A and Zeki, S (2004). The neural correlates of maternal and romantic love. NeuroImage 21:1155–66
Gregory, R. L. (1970). The Intelligent Eye. London: Weidenfeld & Nicolson. ISBN 0-297-00021-7.
0 Response to "Belajar Bahasa Visual"
Post a Comment